Tak banyak hal di dunia yang begitu kabur seperti air mata. Seorang meneteskannya ketika bunga-bunga dalam hati membuncah tak tertahan. Yang satu, ketika irisan itu datang menyayat, ketika yang tak diharapkan mendatangi.
Meski begitu, siapa yang matanya tak pernah meneteskan bulir-bulir itu?
Mungkin benar omongan orang bijak, kedua mata ini, sesekali, perlu dibasuh. Membersihkan pandangan yang kabur, entah karena kepedihan atau, terkadang oleh kebahagiaan. Agar hidup terlihat dengan lebih jelas.
Ia yang tidak meratap, kata Hugo, tidaklah pernah melihat. Barangkali itulah jawabnya. Kita menangis, karena mata kita memandang. Menatap pada kenyataan di depan, yang menyapa dengan lembut sembari berbisik,
..bangun.
Jakarta, 2 April 2012
20:20