the curious incident of the dog in the night-time

Ada hal menyenangkan yang sulit dijelaskan waktu membaca novel the curious incident of the dog in the night-time–ya, semuanya tanpa huruf kapital di awal. Bukan hanya dari judulnya yang nyeleneh, desain sampulnya pun menarik. Didominasi warna merah, dengan judul putih dan sebuah gambar anjing poodle hitam terbalik. Sekilas mungkin terlihat seperti buku kacangan.

Tapi tunggu dulu.

Di sisi kiri sampul, tercetak stempel “Whitbread Award Winner.” Ini salah satu penghargaan prestisius di Inggris yang bermula sejak 1971. Awalnya bernama Whitebread Library Award, berubah menjadi Whitbread Book Awards sejak 1985 hingga 2006. Kini, nama penghargaan ini berubah menjadi Costa Book Award setelah diserahkan ke Costa Coffee–seolah mengukuhkan betapa kopi dan buku bisa menjadi satu perpaduan kenikmatan yang tinggi. Mungkin tidak banyak terdengar, namun Costa Cofee merupakan jaringan kedai kopi terbesar kedua setelah Starbucks.

Dan bukan itu saja. Pujian setinggi langit diberikan untuk novel karya Mark Haddon ini. The New York Times menyebut kisah ini ibarat “memadukan The Sound and the Fury dengan The Catcher in the Rye serta kisah nyata Oliver Sacks.” Bagi The New Yorker, novel yang original dan menyentuh ini merupakan “sebuah kemenangan dari empati.”

Kisahnya tampakan sederhana saja, seputar kematian anjing poodle yang tidak lazim–tertancap garpu taman yang biasa digunakan mengaduk tanah. Kebetulan mayatnya ditemukan Christopher John Francis Boone, bocah berusia 15 tahun yang menjadi tokoh sentral kisah ini. Dari sini, cerita diramu secara tidak terduga, dan juga menyenangkan. Sebabnya, sang pengarang menggunakan narasi dari sudut pandang Christoper, jenius yang hafal nama seluruh negara didunia bersama ibukotanya serta semua bilangan prima hingga angka 7.057. Namun Ia juga seorang “autistik yang tak suka disentuh, hidup dalam pola, aturan, dan diagram yang disimpannya dalam saku–dan membenci warna kuning.”

Maka jangan heran jika halaman pertama dimulai dengan awalan bab 2, berlanjut ke 3,5,7,11 dan seterusnya. Ya, bahkan babnya–jika struktur buku ini boleh dibilang begitu–menggunakan bilangan prima. Ada dialektika konstan, dimana bab utama tentang Christopher yang ingin menyelidiki kasus pembunuhan anjing ini ala detektif kesukaannya, Sherlock Holmes, selalu diselingi bab lain tentang apapun yang Christopher suka. Juga, jangan dulu terkejut, jika saat ia menceritakan bagaimana Ia ditahan polisi karena masuk ke pekarangan tetangga tanpa ijin untuk mencari bukti, pada bab selanjutkan Ia bisa bercerita soal kecintaannya terhadap matematika dan masalah The Monty Hall yang termasyur itu.

Dan benar saja, kisah yang nampak biasa ini berubah menjadi drama yang menarik, menyentuh, lucu, tanpa berusaha mendramatisir. Ia melebar dan menyentil berbagai hal, sekaligus memperlihatkan benang merah cerita, mulai dari persoalan keluarga, masyarakat, pendidikan, filsafat, bahkan sampai masalah teologis. Sekali lagi, dari perspektif Christoper yang jenius tapi tanpa emosi. Cerita mengalir dengan ringan dan terlebih: tidak terduga (Siapkan diri jika tiba-tiba Christopher menyodorkan teorema matematika yang jawabannya bisa memakan 3-4 halaman).

Alhasil, itu membuat membaca buku setebal 226 halaman ini menjadi pengalaman mengasyikkan.

Dan bukankah itu hal baik?

Karena jangan-jangan, selama ini kita terlalu berkerut saat membaca buku sehingga kehilangan satu pengalaman mendasar darinya: menyelaminya dengan hati gembira.

Untuk itu saya ucapkan: “Bravo, Tuan Mark Haddon!”

 

Judul: the curious incident of the dog in the night-time

Pengarang: Mark Haddon

Penerbit: Vintage Books, 2003

Tebal Buku: 226 halaman

Published by harryfebrian

a mediocre. love to read and write.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: