Pegasus: Pergi ke Asus.

Kamis, 27 Desember 2012 kemarin, Saya dan dua kawan jurusan jurnalistik mampir ke markas Asus di distrik Beitou, Taipei, Taiwan. Kami “menyelundupkan diri” ikut kunjungan yang aslinya program untuk kawan-kawan di jurusan MBA. Saya berminat pergi karena Asus adalah perusahaan komputer asal Taiwan. Markas pusat pasti selalu menarik, pikir saya.

Mulanya adalah empat sekawan TH Tung, Ted Hsu, Wayne Hsieh, and MT Liao. Para mantan pegawai Acer–perusahaan komputer asal Taiwan lainnya– ini sepakat mendirikan perusahaan sendiri. Dus, lahirlah Asus secara resmi pada 2 April 1990. Namanya  diambil dari Pegasus, kuda terbang dalam mitologi Yunani yang dianggap melambangkan perpaduan kekuatan dan bijaksana. Dalam satu wawancara, petinggi Asus, Alex Kim, menyebut, yang diambil hanya empat huruf terakhir agar ketika diurutkan, secara alfabetis, Ia menempati urutan teratas.

Lokasi markas pusat ini menarik. Dengan luas 56,82 km2, distrik Beitou lebih dikenal sebagai tujuan wisata, terutama pemandian air panasnya yang termasyur. Karena  udara di wilayah lembahnya sering tercium bau sulfur dan dipenuhi uap, penduduk lokal menamainya paktaaw, yang berarti “penyihir.” Setelah dimandarinkan, paktaaw menjadi Beitou.

Daerah ini juga punya kesan natural. Ia diapit oleh sungai Tamsui dan pegunungan Yangmingshan. Berhubung jumlah penduduk hanya 250 ribuan orang, Ia terasa lega, tidak seperti pusat kota. Barangkali, lokasi ini sengaja dipilih untuk menjadi prelude sebelum merasakan suasana kerja di Asus.

Dan benar saja, markas Asus punya kesan ramah. Atau setidak-tidaknya bagi kunjungan yang telah diatur. Ia tidak “dingin” dan “angkuh” layaknya perkantoran elite di wilayah Kuningan atau Sudirman, Jakarta. Berhubung masih suasana Natal, di pojokan kiri lobi utama diberi satu pohon natal besar yang didominasi warna biru. Di sebelahnya, ada patung banteng dengan ukuran asli.

Saya tak paham juga maksud patung ini apa, namun saya jadi teringat patung Banteng Emas di pusat finansial dunia Wall Street di New York, Amerika Serikat. Di dunia investasi, biasa dikenal dua binatang yang menggambarkan kondisi pasar. Jika sedang lesu atau turun, disimbolkan dengan beruang (bear-ish). Kenapa? Karena ketika menyerang lawannya, beruang biasa memukulkan tangannya dari atas kebawah. Sementara, jika pasar bagus dan naik, sering disebut bull-ish, karena banteng selalu menandukkan kepalanya dari bawah keatas. Barangkali ini jadi semacam lambang keberuntungan untuk perusahaan yang listing di bursa saham Taiwan dan Inggris ini.

Gedung Asus banyak menggunakan kaca tinggi hingga ke langit-langit (floor to ceiling windows) sehingga banyak cahaya matahari masuk. Di lorong-lorong ruangannya, pencahayaan lampu ditata lembut dominasi warna kuning agak temaram. Kantin, atau mungkin lebih tepat: foodcourt model di mal-mal Jakarta, setidak-tidaknya terdiri dari tiga lantai–dengan tawaran macam Starbucks dan Haagen-Daz. “Kayaknya disubsidi,” ujar seorang kawan melihat label harga.Satu lantai keatas, seperti biasa ada ruang gym lengkap. Malah, ada lapangan futsal utuh.

Ketika menyeberangi jembatan penghubung dua gedung utama, kita bisa melihat taman luas diluar dengan kolam air yang mengingatkan saya akan gaya arsitektur Zen Jepang, lengkap dengan dua Gazebo. Di puncak gedung yang setengah terbuka, ada kolam renang beserta jacuzi, plus pemandangan  360 derajat Beitou dan tentunya, angin semilir. Saya jadi tak heran Asus punya jajaran produk laptop indah macam Zenbook dan Taichi.

Sayang, kunjungan setengah menyelundup ini berlangsung singkat, tidak sampai 3 jam. Tiba sekitar pukul 9.20, program utama kunjungan ini sebenarnya mendengarkan presentasi soal strategi marketing Asus dan sedikit kunjungan ke laboratorium tempat Asus memberi uji coba ketahanan macam tes tekanan udara, kelembaban, dan daya tahan fisik untuk produk-produknya. Pukul 12 siang, kami sudah harus menyudahi kunjungan.

Tetapi masih ada bonus lain: dari sini, cukup melewati 2 stasiun MRT, kita akan sampai ke Tamsui, daerah pinggir laut yang cantik. Ia punya ikon jembatan cinta, disebut-sebut Lover Bridge, yang dipermanis lampu warna-warni di malam hari. Maka saya pun mampir kesana. Bukan dengan pacar, tetapi bersama beberapa kawan tentunya.

Published by harryfebrian

a mediocre. love to read and write.

2 thoughts on “Pegasus: Pergi ke Asus.

Leave a comment